Peserta dari unsur Mejelis Adat Aceh (MAA) baik tingkat kabupaten
maupun kecamatan, Pengiat seni dan budaya,Akedemisi dan LSM se Aceh
Barat, kata Mustafa, Panitia pelaksana, Senin, 22 Desember 2014, di
Meulaboh.
Pematari adalah Prof. Datuk Dr. Yahaya bin Ibrahim, Naib Canselor
Universiti Sultan Zainal Abidin, Terengganu Malaysia, Prof. Dr.
Kamaruddin M.Said (Timbalan Setiausaha Agung Majelis Prof Negera
Malaysia, Perdana Menteri Di Putrajaya, Prof, DR, Darwis A Soelaiman,
MA, DR, Kemal Arief, Drs, Mawardi, SH,M.Hum, Teuku Ahmad Dadek, SH,
H.T. Alaidinsyah dan T.M. Jamil, TA, M.Si
Syareh budaya ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan PEKAN
KEBUDAYAAN ACEH BARAT yang berlangsung dari tanggal 20 sampai 29
Desember 2014, Tujuan utama kegiatan syareh budaya ini untuk mengali
kembali khasanah budaya yang ada di Aceh Barat dan meningkatkan minat
dan pengetahuan tentang seni dan budaya di Aceh Barat.
Kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh Barat ini untuk menyambut ulang tahun
kota Meulaboh yang ke 426 dan ulang tahu Aceh Barat yang ke 64, serta
Pekan Kebudayaan Aceh Barat direncanakan akan menjadi event dua tahunan.
Kegiatan Syareh Budaya ini direncanakan sehari penuh dilaksanakan
dalam dua sesi pagi dan siang sampai sore setiap sesi diisi oleh 4
pemateri dengan system presentasi dan diikuti sesi Tanya jawab.
Sumber : http://beritamerdeka.co/en/?option=com_k2&view=item&id=783:syareh-budaya-di-meulaboh&Itemid=624&lang=en
Sabtu, 18 April 2015
Senin, 23 Maret 2015
KONSEP PEUSIJUK PADA MASYARAKAT ACEH
Pada masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam, adat istiadat telah memberikan tempat yang istimewa dalam perilaku sosial dan agama. Hal ini dibuktikan dengan ungkapan “Hukom ngon Adat Hanjeut cre Lagee zat Ngon Sifeut”. artinya adat dengan hukum syariat Islam tidak dapat dipisahkan (sudah menyatu) seperti zat dengan sifatnya. Diumpamakan seperti kuku dengan daging, sehingga kaidah Islam sudah merupakan bagian daripada adat.
Akan tetapi adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam sebelumnya
banyak terdapat pengaruh Hindu. Hal ini terlukiskan pada zaman dahulu
tatkala Aceh sebagai tempat persinggahan lalu lintas pelayaran
internasional, dalam rangka hubungan perdagangan bahkan ada yang sampai
menetap di Aceh.
Masuknya pengaruh Hindu ke dalam kebudayaan dan adat istadat Aceh,
disebabkan karena pernah terjadi suatu hubungan yang luas antara Aceh
dan India pada masa lampau. Sehingga ada beberapa kepercayaan dari
masyarakat Aceh seperti peusijuek (tepung tawari), upacara boh gaca, (memberi inai), kanduri blang (syukuran ke sawah), upacara peutron aneuk (turun
anak) dan lain-lain dianggap bagian dari unsur budaya Hindu yang tidak
pernah luntur dalam kehidupan masyarakat Aceh saat ini. Namun sejak
masuknya Islam ke bumi Serambi Mekkah, upacara / kepercayaan tersebut
telah disesuaikan dengan nuansa keIslaman. Segala sesuatu pekerjaan
dimulai dengan bismillah dan doa selamat serta shalawat nabi.
Upacara Peusijuek disebut juga tepung tawari. Pada
masyarakat Aceh upacara ini dianggap upacara tradisional simbolik dari
permohonan keselamatan, ketentraman, kebahagiaan, perestuan dan saling
memaafkan. Hampir sebahagian adat Aceh adanya prosesi upacara peusijuek. Seperti upacara perkawinan, sunat rasul, peusijuek meulangga (perselisihan), peusijuek pada bijeh (tanam padi),peusijuek rumah baroe (rumah baru), peusijuek peudong rumoh (membangun rumah), peusijuek keurubeuen (hari raya kurban), aqiqah anak, peusijuek kenderaan (roda dua dan empat), peusijuek jak haji (naik haji), peusijuek puduk batee jeurat (pemasangan batu nisan bagi yang telah meninggal). Peusijuek Juga
di lakukan tatkala adanya pergantian seorang pemimpin dari perangkat
desa sampai gubernur bahkan setiap ada tamu kebesaran daerah juga adanya
prosesi upacara peusijuek.
Biasanya dalam pelaksanaan upacara peusijuek dihadirkan seorang Tengku (ulama) atau atau orang yang dituakan (Majelis adat) sebagai pemimpin upacara. Hal ini dilakukan karena dianggappeusijuek yang dilakukan salah satu unsur tersebut memperoleh keberkatan dan setelah selesai upacara peusijuek adakalanya diiringi dengan doa bersama yang dipimpin oleh Tengku untuk mendapat berkah dan rahmat dari Allah SWT.
Macam-Macam Upacara Peusijuek
1. Peusijuk Meulangga Apabila terjadi perselisihan di antara penduduk, misalnya antara A dan B ataupun antara penduduk gampong (desa)
A dengan penduduk gampong B serta perselisihan ini mengakibatkan keluar
darah, maka setelah diadakan perdamaian dilakukan pula peusijuek.
Peusijuek ini sering disebut dengan peusijuek meulangga. Pada upacara
itu juga sering diberikan uang, yang disebut sayam (uang damai)
yang jumlahnya menurut kesepakatan. Apabila perselisihan terjadi
seperti tersebut di atas, tetapi tidak mengeluarkan darah, misalnya
perkelahian, perdamaian dan upacara peusijuek dilakukan juga, tetapi
tidak diberikan uang.
Pada peusijuek Meulangga alat-alat yang dibutuhkan seperti dalong, bu leukat, teumpo / u mirah, breueh pade, on sisijeuk, on manoe, naleueng sambo (ketiga-tiga diikat menjadi satu), teupong taweue, glok / cuerana, sangee dan ija puteh.
(jika mengeluarkan darah). Biasanya apabila mencapai kesepakatan damai
antara kedua belah pihak, ikatan keluarga yang terjadi perselisihan akan
menjadi kuat bahkan telah dianggap sebagai sanak saudara.
2. Peusijuek Pade Bijeh Acara peusijuek pade bijeh ini
dilakukan oleh petani terhadap padi yang akan dijadikan benih (bibit)
sebelum penyemaian di sawah. Tujuan daripada peusijuek ini mengandung
harapan agar bibit yang akan ditanam mendapat rakhmat Allah SWT, subur
dan berbuah banyak.
Perangkat alat dan bahan yang digunakan dalam upacara peusijuek ini adalah : on gaca, bak pineung, on kunyet, on nilam, on birah, naleueng sambo, sira, saka, boh kuyuen dan minyeuk ata. Peranannya adalah sebagai berikut : - On gaca (daun
pacar), sifatnya tahan panas dan tahan dari segala penyakit, sedangkan
maknanya adalah agar benih padi yang akan ditanami kuat dan tahan dari
segala gangguan hama, seperti halnya daun pacara tersebut. – Bak pineueng (pohon
pinang), sifat asalnya tumbuh tegak dan kuat. Maknanya ialah agar benih
padi tersebut akan tumbuh tegak dan kuat seperti halnya pohon pinang.
– On kunyet (daun kunyit), sifat asalnya tahan dari penyakit.
Warnanya kuning dan buahnya bersih, maknanya ialah agar benih padi
tersebut tahan dari segala serangan penyakit dan tumbuh subur seperti
kunyit. – On nilam (daun nilam), sifat asalnya apabila dibuat
minyaknya harum sehingga orang banyak yang senang. Maknanya ialah agar
padi tersebut memiliki bentuk daun nilam, buah padinya tumbuh subur. – On birah (daun
keladi), daunnya yang berwarna hijau dan tahan hujan, maknanya agar
benih padi yang akan ditanam menjadi seperti daun keladi tersebut dan
tahan dari gangguan hama. – On naleueng sambo (daun rumput
panjang), sifatnya kokoh dan teguh, akarnya kuat, sehingga tahan dari
segala penyakit. Maknanya agar benih padi tersebut memiliki daya tahan
dari gangguan serangan penyakit. – Sira (garam). Sifat sira
adalah asin dan dapat menghancurkan bibit penyakit. Maknanya adalah agar
benih padi yang disemai memiliki sifat seperti garam, yaitu dapat
menghancurkan penyakit yang hinggap pada padi, sehingga tumbuh dengan
subur. – Saka (gula). Sifat saka adalah manis. Maknanya adalah
agar padi yang akan disemai dapat memberikan manfaat bagi orang yang
menyemainya. – Boh kuyuen (jeruk nipis) ; minyeuk ata (minyak
wangi) dicampurkan dengan air putih sehingga menjadi harum. Maknanya
ialah benih padi itu diibaratkan sebagai bayi yang baru lahir,
memerlukan wangi-wangian. Orang-orang yang menciumnya akan merasa senang
dan segar. Demikian juga halnya dengan benih padi yang diperlakukan
seperti bayi, supaya tumbuh subur dan banyak orang yang senang
melihatnya. – Asap keumeunyan (kemenyan), dibakar ketika padi
menjelang direndam. Maknanya adalah agar padi dapat hidup dengan leluasa
dan sempurna serta cepat berbuah.
Peusijuk menggunakan beberapa bahan yang memiliki makna tersendiri dalam adat peusijuk tersebut, seperti :
• Campuran air dan tepung tawar yang bertujuan agar sesuatu yang
terkena percikan air tersebut tetap dalam kesabaran dan ketenangan.
Seperti air campuran tersebut yang terus terasa dingin.
• Beras dan padi yang bertujuan agar dapat subur, makmur, semangat. Seperti taburan beras padi yang begitu semarak berjatuhan.
• Dedaunan yang dipakai untuk peusijuk, yaitu on manek, manou dan
naleung sambo yang bertujuan melambangkan suatu ikatan yang terwujud
dalam kesatuan hidup bermasyarakat. Seperti beberapa jenis dedaunan yang
berbeda yang bersatu dalam suatu ikatan.
• Ketan yang bermakna sebagai lambang persaudaraan. Seperti halnya ketan yang selalu melekat dengan bahan lainnya.
3. Peusijuk Tempat Tinggai Setiap orang yang
mendiami rumah baru, kebiasaannya dilakukan upacara peusijuek.
Pelaksanaannya oleh beberapa orang terdiri dari tiga, lima orang dan
seterusnya dalam jumlah ganjil. Upacara ini dimaksudkan untuk mengambil
berkah agar yang tinggal di tempat ini mendapat ridha Allah mudah rezeki
dan selalu dalam keadaan sehat wal’afiat. Pada upacara ini alat-alat
yang digunakan adalah ; dalong, bu leukat, tumpo / u mirah, breueh pade, on sisijuek, on manek manoe, naleueng sambo (ketiga yang terakhir di ikat menjadi satu), glok dan sangee.
4. Peusijuk Peudong Rumoh Rumah adalah salah
satu kebutuhan pokok manusia. Oleh karena itu, kegiatan membangun rumah
selalu dipilih pada hari baik. Demikian juga dalam memilih bahan-bahan
rumah yang dianggap baik. Selanjutnya, membangun rumah atau sering
disebut peudong rumoh diawali dengan upacara peusijuek. Yang di
peusijuek biasanya adalah tameh (tiang) raja, dan tameh putroe serta
tukang yang mengerjakannya (utoh) agar ia diberkati oleh Allah SWT. Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk upacara peusijuek ini adalah : dalong,
bu leukat, breueh pade, teupong taweue, on sisijuek, on manek manoe,
naleueng sambo, ija puteh dan ija mirah, glok dan sangge.
5. Peusijuk Keurubeuen Bagi orang Islam yang
mampu, sering memberikan kurban pada hari raya sesuai dengan hukum
agama. Seekor hewan kecil (kambing atau domba) cukup untuk korban bagi
seorang, sedangkan tujuh orang secara bersama-sama memberi korban seekor
hewan besar (sapi). Perangkat yang digunakan dalam upacara peusijuek
ini adalah sebagai berikut : dalong, boh manok meuntah, teupong taweue,
breueh pade, on sisijuek, on manek manoe, naleueng sambo, minyeuk ata,
suereuma, baja, ceureuemen, sugot, sikin cuko, gincu (lipstik), boh
kayee (buah-buahan), tirai peunahan matahari, dan ija puteh (kain
putih). Semua bahan, termasuk alat-alat adalah untuk merapikan tubuh
domba oleh penyembelih (jagal) dipakai menurut kegunaannya
masing-masing.
Menurut keyakinan masyarakat Aceh, bahan-bahan tambahan yang dipersiapkan untuk peusijuek tersebut seperti minyeuk ata, suereuma, baja, ceureuemen, sugot, sikin cuko, gincu, boh kayee, tirai
peunahan matahari, dan ija puteh. Mempunyai makna dan fungsi di hari
akhirat kelak. Di mana hewan yang diperuntukkan untuk korban tadi
nantinya akan menjadi kenderaan di hari akhirat kelak dan fungsi dari
bahan-bahan tersebut sebagai hiasan kenderaan.
6. Peusijuk Kendaraan Apabila seorang yang
baru memiliki kendaraan ataupun angkutan lainnya, maka diadakan
peusijuek. Hal ini dimaksudkan supaya kendaraan yang dipakai akan
terhindar dari kecelakaan. Yang melaksanakannya satu orang atau pun tiga
orang.
Perlengkapan Upacara Peusijuek
Adapun perlengkapan pada acara Peusijuek sebagai berikut :
1. Dalong
Pada masyarakat Aceh, dalong mengandung makna bahwa mempelai yang
dilepaskan akan tetap masih bersatu dalam lingkungan keluarga yang
ditinggalkannya. Karena dalong merupakan satu wadah yang diisi dengan
bermacam-macam alat peusijuek sehingga dianggap memiliki kebersamaan
yang kuat yang tidak dapat dipisahkan.
2. Bu Leukat
Warnanya kuning ataupun putih. Makna dari ketan ini adalah mengandung
zat perekat, sehingga jiwa raga yang di peusijuek tetap berada dalam
lingkungan keluarga atau kelompok masyarakatnya. Warna kuning dari ketan
merupakan lambang kejayaan dan kemakmuran, sedangkan warna putih
melambangkan suci dan bersih. Maksudnya supaya yang di peusijuek dapat
memberi manfaat yang lebih baik bagi orang lain dan yang di peusijuek
dalam ketentraman menuju jalan yang benar.
3. U mirah
Makna dari U mirah adalah sebagai pelengkap dalam kehidupan dan memberikan perpaduan yang manis.
4. Breueh pade
maknanya adalah sifat padi itu semakin berisi makin merunduk, maka
diharapkan bagi yang di peusijuek supaya tidak sombong bila mendapat
keberhasilan dan peranan beras ialah sebagai makanan pokok masyarakat.
5. Teupong Taweue ngon ie.
Makna dari pada teupong taweue dan air adalah untuk mendinginkan dan
membersihkan yang di peusijuek supaya tidak akan terjadi hal-hal yang di
larang oleh agama melainkan mengikuti apa yang telah ditunjukkan yang
benar oleh agama.
6. On sisikuek, manek manoe dan naleueng sambo
Ketiga jenis perangkat ini di ikat dengan kokoh menjadi satu, yang
peranannya sebagai alat untuk memercikkan air tepung tawar. Makna tali
pengikat dari semua perangkat tersebut untuk mempersatukan yang di
peusijuek sehingga dapat bersahabat dengan siapapun dan selalu terjalin
hubungan yang harmonis dan terbina. Sedangkan dari masing-masing
perangkat dedaunan merupakan obat penawar dalam menjalankan bahtera
kehidupan seperti mengambil keputusan dengan bermusyawarah dan berkepala
dingin, bertanggung jawab dengan sepenuhnya dan dapat menjalin hubungan
yang erat dengan siapapun.
7. Glok
Peranannya sebagai tempat mengisikan tepung tawar yang sudah dicampur
dengan air dan yang satu lagi digunakan sebagai tempat mengisi beras
dan padi. Maknanya adalah jika yang di peusijuek tersebut melakukan
aktivitas sebaiknya hasil yang didapatkan disimpan dengan
sebaik-baiknya.
8. Sangee
Berperan untuk menutup perlengkapan alat-alat tepung tawar. Maknanya
untuk mengharap perlindungan supaya yang di peusijuek mendapat lindungan
dari Allah SWT.